Menginstal Kebaikan
Muzamil HS
Puncak kebaikan Allah adalah terutusnya Nabi Muhammad saw. disertai Alquran. Rasanya, ingin sekali kita melakukan segala bentuk kebaikan yang diajarkan oleh panutan kita semua, manusia ideal yang pernah diutus oleh Allah Swt. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Apa yang diajarkan oleh Alquran pasti dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw. sebagaimana penjelasan Aisyah r.a. ketika ditanya oleh sahabat Nabi, beliau menjelaskan, “Akhlaknya adalah Alqur’an.”
Di sisi lain, kita juga perlu menyadari bahwa kita adalah manusia yang penuh dengan kelemahan. Kelemahan yang sering dirasakan adalah menjaga istikamah dalam melakukan kebaikan. Nabi kita pernah bersabda bahwa sebaik-baik kebaikan adalah yang konsisten dan istikamah. Sebaik-baik kebaikan adalah yang paling langgeng walaupun sedikit.
Istikamah itu memang istimewa. Istikamah akan mengantarkan pelakunya menuju kemulyaan, demikian ujar Imam AlQusyairi (Risalah al Qusyairiyah: 207). Untuk menggapai dan mewujudkan keistikamahan tersebut, Mungkin, kita sudah banyak membaca teori atau keterangan yang mengajarkan agar kita bisa menjadi pribadi yang istikamah. Misalnya menyadari betapa penting perilaku istikamah tersebut. Bergabung dengan komunitas orang-orang saleh dan lain-lain.
Instalasi kebaikan yang menjadi judul tulisan ini terinspirasi dari proses instalasi software di komputer. Instalasi komputer itu tidak bisa terjadi secara tiba-tiba. Seketika, langsung bisa dipakai atau sim salabin abra kadabra. Setelah mempersiapkan software, baru kita melakukan instalasi yang penyelesaiannya membutuhkan waktu.
Di samping itu, ada hadis Nabi yang artinya, “Jika aku perintahkan sebuah perintah maka lakukan sesuai dengan kemampuanmu. Namun, Jika aku melarang sesuatu, maka tinggalkanlah.” (HR. Albukhari)
Dari kedua hal tersebut, penulis mendapatkan pemahaman bahwa prinsip menjalankan perintah adalah bertahap. Jangan langsung ngebut, khawatir cepat lelah dan akhirnya mogok. setelah itu, penulis terus mencari serpihan ilmu tentang istikamah lalu merangkainya dan inilah hasil rangkaiannya.
Berikut adalah langkah yang bisa dilakukan untuk menginstal kebaikan dalam kehidupan kita agar bisa menjadi pribadi yang istikamah.
Pertama: Kuatkan azam serta pasrahkan kepada Allah sebegaimana firman Allah yang artinya, “Jika kalian berazam maka pasrahkan kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 159)
Kedua: Berdoa agar Allah mau menuntun proses instalasi kebaikan. Berdoa dan terus berdoa agar kita senantiasa bisa istikamah dalam menjalankan kebaikan. Doa adalah esensi ibadah. Jadi, sekuat apa pun niat untuk menginstal kebaikan dalam kehidupan kita, jika tidak disertai dengan doa dan permohonan yang total kepada sang Sumber Kebaikan, Allah Swt. Maka usaha kita tidak akan optimal. Maka, optimalkan usaha kita dengan doa.
ketiga: Tentukan jenis kebaikan yang akan diinstal. Misalnya salat sunah rawatib, salat tahajud, salat duha, membaca Alquran setiap hari, dan lain-lain. Setelah memilih kebaikan yang akan diinstal, maka yang harus disadari adalah mempelajari ilmu tentang kebaikan tersebut. Hal tersebut perlu dilakukan agar kita dapat menjadikannya sebagai amal prioritas sehari-hari.
Menentukan skala prioritas sangat penting atas keberlangsungan proses instalasi kebaikan. Dengan memprioritaskan misalnya salat duha, maka fokus pikiran kita akan lebih banyak pada salat duha tersebut. Cara yang saya lakukan untuk menjaga priorotas tersebut dengan bantuan kalender. Setiap kali melakukan kebaikan yang sedang diinstal, hendaknya kita menandai di kalender dengan menuliskan kalimat Al hamdulillah. Kalimat syukur tersebut sangat penting. Dengan kalimat tersebut berarti kita telah mensyukuri anugrah kebaikan yang telah dilakukan. Tindakan tersebut penting agar Allah terus mengalirkan rahmatnya sebagaiman firman Allah Swt. “Jika kalian pandai bersyukur maka akan aku tambah nikmatku dan jika kalian kufur, maka siksaku sangat pedih.” (QS: Ibrahim, 7).
Ayat tersebut dapat dipahami bahwa kelancaran instalasi kebaikan sangat erat kaitannya dengan syukur kita kepada sang pemilik seluruh kebaikan. Dengan membiasakan syukur ini, maka kemungkinan istikamah akan semakin terbuka lebar.
Kelima: bekali diri dengan ilmu tentang amal yang akan diinstal. Hal ini penting karena pengetahuan kita tentang kebaikan tersebut akan semakin memantapkan kita untuk terus istikamah dalam menjalankan amalan tersebut. Dalam Islam ada satu prinsip; al ilmu qablal amal, dahulukan ilmu sebelum amal karena amal tanpa ilmu itu akan tertolak.
Keenam: Mulai instalasi dengan yang paling ringan. misalnya salat duha. Salat duha minimal dua rakaat dan maksimal 8 rakaat, maka lebih baik salat duha 2 rakaat rutin setiap hari selama 6 hari dibandingkan 12 rakaat tapi hanya dilakukan satu kali. Menulis satu tulisan di blog setiap hari jauh lebih baik dibandingkan menulis 7 tulisan sekaligus di akhir pekan. Sesuatu yang rutin akan menghasilkan kebiasaan. Otot-otot dalam tubuh (baca: myelin) akan terlatih dan menghasilkan gerakan otomatis.
Orang yang terbiasa menyebut nama Tuhannya, saat ia tersandung atau terkena sesuatu otomatis nama-Nya yang disebut. Sedangkan seseorang yang jarang menyebut nama-Nya saat kejadian yang sama maka yang terucap boleh jadi nama binatang. Bahkan penulis sering menjumpai saat seseorang terkejut yang ia sebut adalah nama anggota tubuh yang tabu untuk disebut. Seseorang yang melakukan perbuatan secara istikamah berarti dia sedang menginstal perbuatan tersebut dalam kehidupannya.
Sedikit tapi rutin selain melatih myelin juga melatih keikhlasan. Sedekah Rp 10.000 setiap hari cenderung lebih ringan dibandingkan sedekah Rp 3.650.000 sekali di akhir tahun.
Keenam: Tentukan waku proses instalasi misalnya 40 hari, 30 hari atau berapa pun jumlah harinya. Prinsipnya adalah dengan jumlah hari tersebut, sistem saraf kita akan terprogram dengan baik sehingga secara otomatis jika tiba waktu melakukan kebaikan tersebut maka tubuh ini akan bergerak dengan sendirinya.
Selamat mencoba, semoga rahmat Allah Swt. selalu mengiringi kita dalam menginstal kebaikan. Amin.