Anak yang sehat adalah harapan orang tua dan amanah undang-undang yang harus dilaksanakan oleh pengelola Negara. Kesehatan yang dimaksud adalah Kesehatan secara ruhani dan jasmani. Kedua hal tersebut adalah komponen penting untuk meanghadirkan manusia Indonesia yang unggul. Oleh karenanya, amanah menjaga Kesehatan ruhani dan jasmani terbaca dengan sangat jelas dalam Pancasila kita.
Sila pertama menyatakan bahwa bangsa Indonesia diwajibkan bertuhan. Tuhan yang dimaksud bukan sembarang Tuhan. Tapi Tuhan yang dimaksud adalah Tuhan yang maha esa. Penanaman keyakinan kepada Tuhan yang maha esa ini menjadi faktor Kesehatan ruhani manusia Indonesia. Orang yang bertuhan, yakin kepada kehebatan Allah, maka dia akan memiliki Kesehatan ruhani. Oleh karenanya, Sekolah Al Inayah menjadikan pelajaran Iman menjadi pondasi bagi anak-anak hebat yang akan meneruskan perjuangan kita.
Sedangkan sila kedua menyatakan bahwa dasar undan-undang Negara kita menyatakan bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalau keyakinan kepada Allah menjadi indikator Kesehatan ruhani kita, maka keadilan dan keberadaban menjadi pancaran atau penampakan dari Kesehatan ruhani tersebut. Jadi, orang yang beriman kepada Allah akan tampil dengan sifat adil dan beradab.
Karena sifat Adil dan beradab yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memancar, maka adil dan beradab tersebut bersifat sosial. Artinya kedua sifat tersebut terkait dengan warga negara yang lain dan harus didistribusikan kepada warga Negara Indonesia. Untuk mendistribusikannya, Anda, Saya dan siswa-siswi Al Inayah memerlukan kemampuan dan kekuatan. Tanpa kemampuan dan kekuatan, maka keadilan dan keberadaban hanya akan menjadi koleksi pribadi dan bersifat eksklusif.
Penguatan pesan yang terdapat dalam dua sila tersebut dituangkan dengan sangat tegas dalam Undang-undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003, bab II tentang tujuan Pendidikan Nasional.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Sirah nabawiyah mencatat dengan sangat jelas betapa umat Islam itu sangat kuat baik secara ruhani maupun secara jasmani. Dalam pertempuran yang dijalani oleh umat Islam, seringkali, secara jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan lawannya. Misalnya perang badar. Jumlah umat Islam pada saat itu 313 sedangkan lawannya berjumlah 1000 orang dengan peralatan yang lengkap. Perang Mu’tah juga sangat mengerikan juga membandingkan statistic kedua belah pihak. Pihak Islam mengirimkan 3000 personel. Sedangkan pasukan Romawi mengirimkan 200rb tentara. Keduanya dimenangkan oleh pasukan Islam. Disamping kekuatan Iman para tentara, kekuatan fisik juga menjadi kunci kemenangannya.
Nah, dalam tulisan sederhana ini, saya akan fokus pada Tips sederhana tentang menjaga Kesehatan jasmani anak kaitannya dengan proses menginstall Alquran ke dalam diri anak. pada dasarnya, sumber sehat atau sakit itu ada tiga; pikiran dan pola pikir, makanan dan pola makan dan benturan. Tapi saya hanya akan mengupas dua poin pertama saja. Menjaga pikiran/perasaan anak agar tetap happy dan menjaga makanan anak.
Pertama, keep them happy. Menjaga mud mereka agar tetap happy itu menjadi kunci keistiqomahan anak-anak dalam menghafalkan Alquran. Anak yang diasuh dengan riang gembira akan tumbuh menjadi pribadi yang gembira. Proses menghafalkan Alquran mutlak memerlukan situasi dan kondisi jiwa anak yang gembira pula. Selain akan membuat semangat menghafal anak bertahan lama, Anak yang tumbuh dalam keadaan gembira akan lebih mudah melihat peluang-peluang keberhasilan di masa depannya. Sebaliknya, anak yang tinggal di lingkungan yang penuh dengan amarah dan kebencian akan tumbuh menjadi anak yang tertekan dan akan sulit melihat peluang-peluang keberhasilan di masa depannya.
Mungkin orang tua bermaksud menerapkan kedisiplinan tinggi kepada anak-anaknya sehingga mereka bersikap ketat dan mungkin kadang-kadang marah kepada mereka. sikap katat itu boleh dalam kondisi tertentu. Bersikap longgar juga boleh, juga dalam kondisi tertentu. Yang perlu dilatih oleh orang tua adalah ketepatan mengambil sikap kepada anak-anaknya. Kapan dia harus ketat dan kapan harus longgar. Ya, seperti orang yang sedang memainkan laying-layang. Untuk menaikkan laying-layang, si pemegang tali kadang harus melonggarkan tali untuk kemudian meraiknya, sehingga laying-layang akan naik semakin tinggi.
Disamping melatih diri dalam mengambil sikap, Anda perlu memberi anak Anda hadiah jika berhasil menghafalkan 1 Juz. Ceritakan keagungan Alquran. Ceritakan betapa beruntung orang-orang yang mengahfalakan Alquran karena dia menjadi keluarganya Allah di dunia dan di akhirat kelak. Tunjukkan sikap senang Anda sebagai orang tua atas aktifitas anak Anda dalam menghafalkan Alquran. Sekali-kali temani mereka dalam menjalankan proses menghafalkan Alquran dan lain-lain.
Berdasarkan pengalaman saya dalam membersamai anak-anak menghafalkan Alquran, anak-anak itu tidak bisa semangat dengan sendirinya dalam menghafalakan Alquran hanya dengan iming-iming hadiah. Tidak! banyak sekali orang tua yang mengandalkan iming-iming hadiah untuk memancing semangat anak dalam menghafalkan Alquran. Tapi akhirnya setres dan frustasi karena anaknya tetap saja tidak semangat. Ingat, anak ya tetap anak. akal mereka itu belum matang. Dia itu masih dalam masa Alfa yang memang didominasi oleh pikiran imajinasi. Sedangkan pikiran atas sadarnya masih belum matang. Sehingga, para ahli menyebutnya bahwa masa tersebut adalah masa stumulasi dan imajinasi. Jadi, sebagai orang tua, kita dituntut untuk mengaturkan jadwal, menemani mereka dan memberikan mereka hadiah setelah menyelesaikan hafalannya.
Kedua, menjaga makanan dan pola makan sangat penting untuk para penghafal Alquran. Makanan yang dikonsumsi akan dirubah menjadi energi oleh tubuh. Dan energi tersebut akan digunakan untuk menginstal Alquran dalam diri anak-anak.
Pemilihan makanan ini benar-benar membutuhkan perjuangan orang tua. Karena melarang anak untuk memakan makanan yang mereka sukai tapi tidak sehat jauh lebih sulit dibandingkan menuruti kemauannya.
Saya tidak akan memberi tahu Anda betapa saat ini makanan yang tidak sehat itu berseliweran di tengah-tengah kita. Bahkan mengepung kehidupan kita. Dengan aroma yang memancing air liur, makanan-makanan tersebut cukup sulit untuk dihindari. Tidak sedikit makanan yang dijual tersebut sebenarnya adalah racun yang dipoles dengan warna dan aroma yang sangat menarik terutama bagi anak-anak. Jadi, Tugas orang tua adalah menyeleksi makanan yang dimakan oleh anak-anaknya sambil memberikan penjelasan tentang makanan sehat dan makanan yang tidak sehat. Jangan sampai makanan tersebut membahayakan bagi kesehatakan anak-anak sehingga mengganggu proses instalasi Alquran.
Menurut Dr. Zaidul Akbar, makanan yang thayyib adalah makanan yang memenuhi para meter berikut; aman dikonsumsi, baik jangka pendek maupun jangka Panjang, tumbuh di tanah yang tinggi mineral, bebas dari bahan kimia sintetik, mendapat cahaya matahari dan tidak terpapar logam berat dan tidak banyak pengolahan.
Secara lebih detail, Dr. Zaidul Akbar menyebutkan contoh-contoh produk yang halal dan thayyib; air kelapa, Madu, kurma, delima, labu, anggur, pisang, minyak zaitun, susu kambing dan ikan disamping rempah dan rimpang.
Sedangkan makanan yang tidak thayyib adalah makanan yang mengandung penyedap, pengawet, perisa, pewarna, gula pasir, produk olahan, makanan cepat saji, makanan instan dan obat-obatan kimia. Selain itu, Dr. Zaidul Akbar menyatakan bahwa ada tiga bahan baku makanan yang perlu dihindari, gula pasir, minyak goreng dan tepung.
Dalam Islam, bab makanan ini termasuk bab yang sangat penting. Menurut Dr. Tauhid Nur Azhar, Alquran mengulang tentang makanan tersebut sebanyak 27 kali. Misalnya perintah mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib dalam surat Al Baqarah ayat 168. Kemudian dalam surat Al A’raf, Allah juga menjelaskan tentang larangan berlebihan dalam volume makanan.
Dalam Hadis, Nabi Juga menghubungkan antara makanan dan energi pendorong Doa. Nabi bersabda, makanan yang haram akan menghambat terkabulnya doa tersebut. Makanan yang buruk akan menjadi energi negatif yang akan membebani peluncuran doa yang dipanjatkan.
Uraian singkat tersebut tidaklah cukup bagi kita untuk memahami makanan halal dan thayyib secara lebih dalam. Tulisan singkat ini hanya menjadi stumulasi kecil bagi kita yang saat ini sedang mempersiapkan lahirnya generasi pejuang yang sehat secara ruhani dan jasmani.
Reference:
Alquran Al Karim
Sirah Nabawiyah
Imam Abi Zakaria Al Nawawi, Syarh Arbain Al Nawawiyah
Dadan Gunawan, Teknik Mudah & Lengkap Pijat Refleksi
Dr. Zaidul Akbar, Jurus Sehat Rasulullah