Dialog tentang Kebesaran Allah

Dialog tentang Kebesaran Allah

Muzamil HS

Dalam perjalanan menuju sekolah, di atas sepeda motor yang dirakit pada tahun 2009 itu, anak laki-lakinya yang masih duduk di kelas dua sekolah dasar nyeletuk.

Anak : “Ayah, Allah itu sebesar apa ya?”

Ayah : “Yaa, besar sekali nak.” Jawaban yang disertai sedikit rasa kaget.

Anak : “lha iya, sebesar apa yah?.  Apa sebesar rumah, gunung, tower atau apa?”. Dia Penasaran.

Ayah : “Ayah juga tidak tahu nak. Karena ayah belum pernah melihatnya. Saat ini, Allah belum mengizinkan kita untuk melihatnya. Kata Nabi Muhammad, Allah akan bisa dilihat nanti di Surga setiap hari Jumat.” Si Ayah diam sejenak sambil menerka-nerka pertanyaan apa lagi yang akan meluncur dari anak yang gagah itu.

Sambil terus melaju dengan kecepatan 20-40 KM perjam. Kami terus berdialog tentang Allah yang menurut Ilmu tauhid, hal pertama yang harus diketahui dan diyakini oleh setiap muslim.

Anak : “lha terus, bagaimana kita bisa mengenal Allah, jika kita tidak pernah melihatnya yah?”

Ayah : “Mas, kamu percaya kan kalau Allah itu ada?”

Anak : “Iya percaya.”

Ayah : “ Dari mana Mas percaya?. Apa buktinya?”

Anak : “ Buktinya alam semesta ini yah. Kata pak Guru, yang membuat alam ini adalah Allah.”

Ayah : “ Baiklah nak. Sekarang, Coba kamu sebutkan ciptaan Allah?

Anak : “ Allah menciptakan Laut dan seluruh isinya, berbagai jenis pohon, gunung yang berjajar dari Banyuangi sampai Malang- si anak menyebutkan dua daerah tersebut karena dia selalu menyaksikan gunung-gunung tersebut dari Pulau yang ada di utara Probolinggo-, manusia dan lain-lain. Banyak sekalil yah.

Ayah : “Mas, kamu percaya, kalau yang kamu sebutkan itu ciptaan Allah?”

Anak : “Iya percaya banget yah. Kan sampai sekarang belum ada orang yang bisa bikin laut dan lain-lain tersebut. Jadi kalau bukan Allah terus siapa?” Allah itu hebat sekali ya yah? bisa menciptakan banyak hal.

Ayah : Iya nak. “Mas, sekarang gini, samean bisa lihat gunung ,langit dan laut kan?

Anak : “ Iya lha yah. Masak gak bisa lihat. Bahkan aku sering berenang di lautnya mbah Umi. Laut itu sangat luas sekali yah. Bahkan seakan-akan gak ada tepinya. Kalau aku memandang ke laut, aku gak bisa menemukan ujung laut itu.

Ayah : “Ok, Coba sekarang kamu pejamkan mata dan bayangkan luasnya laut yang Allah ciptakan. Banyagkan luasnya langit yang Allah ciptakan. Bayangkan tingginya gunung yang Allah ciptakan.”

Anak : “ Iya yah.”

Ayah : “ Coba jawab pertanyaan ayah sekarang. Sebesar apa langit dan laut itu?

Anak : “ Ya, gak bisa yah. Terlalu besar dan luas untuk dibayangkan.”

Ayah : “ Baiklah nak, itu kan masih ciptaan Allah yang bisa kita lihat. Akal kita sudah tidak mampu membayangkan keluasan dan kebesaran ciptaanNya.

Akhirnya, perjalanan pun sudah sampai di halaman sekolanya. Dia dan saudara perempuannya segera bergegas menuju kelas masing-masing dan ayah pun pergi meninggalkan mereka menimba ilmu di sekolah tersebut.

Di hati yang paling dalam, sang ayah selalu berdoa semoga mereka menjadi anak yang Qurrota A’yun, mandiri dan bermanfaat untuk umat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top