About Us

Pertanyaan Seputar Al-Inayah Islamic Primary School
S: Apa bedanya sekolah ini dengan yang lain?
J: Ada beberapa perbedaan antara sekolah kita dengan sekolah lain. Diantaranya ada 3 yang mencolok: Kurikulum, konsep ilmu, dan metode belajar.
S: Apa yang membedakan kurikulum Al-Inayah dengan lainnya?
J: Di lembaga lain, anak setingkat SD/MI sudah dibebani dengan berbagai macam mata pelajaran yang membuat tas mereka berat. Belum lagi tugas yang menumpuk. Tidak jarang orang tua menjadi kerepotan karenanya. Tidak hanya tasnya yang berat, muatan materinya pun kadang juga terlalu berat. Bayangkan saja, anak SD sudah diajarkan materi jenis-jenis zakat dan syaratsyaratnya. Padahal cara berwudhu yang benar saja masih belum bisa. Ibaratnya anak baru belajar jalan malah disuruh berlari. Sedangkan di Al-Inayah, anak-anak hanya akan diajarkan 5 pelajaran inti dan 3 pelajaran pendukung.
S: Apa saja 5 pelajaran inti itu?
J: Iman: Bagaimana mereka mengenal Allah melalui makhluk-makhluk ciptaan-Nya, menghayati keberadaan Allah, terobsesi dengan pahala dan dosa, surga dan neraka. Sehingga segala perbuatan mereka ditimbang dengan ukuran iman. “Kira-kira Allah suka gak ya kalau saya melakukan ini?”
Adab: Memiliki kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, bijak menempatkan diri, berlaku hormat kepada orang yang lebih tua dan berkasih sayang kepada yang lebih muda.
Al-Qur’an: Membaca, menghafal, mentadabburi kandungannya, dan belajar mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Calistung: Membaca, menulis, menghitung. Termasuk juga berbicara. Keempat kompotensi ini wajib mereka kuasai untuk kunci mempelajari luasnya ilmu dalam kehidupan. Membaca bukan sekedar melafalkan bunyi, tapi juga mengerti apa pesan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Lebih jauh lagi mereka juga bisa menganalisa dan mongoreksi. Menulis bukan sekedar menggambarkan simbol, tapi juga menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Berbicara bukan sekedar membunyikan suara, tapi juga mampu menyampaikan ide yang dimiliki di depan orang lain.
Life skill: Keterampilan hidup. Mereka akan diajari tentang ilmu keseharian yang dibutuhkan dalam hidup mereka. Seperti menyapu, mengepel, mencuci, membersihkan, mengobati, memasak, dll. Memang sepintas terlihat remeh, tapi tidak semua orang dewasa bisa melakukannya.
S: Apa saja 3 pelajaran pendukung itu?
J: Bela diri: memperkokoh fisik mereka, baik motorik halus maupun motorik kasar. Sehingga mereka pintar otaknya, bersih hatinya, ya kuat jasmaninya.
Enterpreneur: mendidik keterampilan mereka untuk mandiri. Sehingga kelak ketika dewasa mereka tidak bergantung dari belas kasihan orang lain. Kepala mereka menengadah ke atas karena mereka bisa menghasilkan rezeki dari usahanya sendiri dengan halal tentunya.
IT: membuka diri dengan kemajuan teknologi. Bijak menggunakan teknologi sesuai yang diridhai Allah.
S: Bagaimana konsep ilmu di Al-Inayah yang membedakan dengan sekolah lain?
J: Konsep ilmu yang kami pegang adalah TOP. Tanamkan adab sebelum ilmu, Oetamakan penguasaan ilmu-ilmu fardhu ‘ain, Pelajari ilmu fardhu kifayah untuk bekal hidup di tengah masyarakat.
S: Apa itu ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah?
J: Ilmu fardhu ain adalah ilmu yang wajib dipelajari tiap-tiap orang. Seperti ilmu mengenal Allah, ilmu berakhlak baik, dan ilmu cara beribadah yang benar (wudhu, shalat, najis, dst). Itulah ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim apapun profesi dan status sosialnya. Adapun ilmu tentang zakat, haji sebenarnya juga termasuk ilmu fardhu ain, namun bagi orang yang sudah memenuhi kriterianya.Adapun ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang wajib dipelajari oleh sekelompok masyarakat. Seperti ilmu bisnis, ilmu sosial, ilmu kesehatan, ilmu kesenian, dan lainnya.
S: Lalu, bagaimana metode belajar di Al-Inayah?
J: Pertama, kami menggunakan sistem duduk lesehan. Kenapa? Tujuannya agar anak-anak lebih rileks dan enjoy menerima pelajaran. Selain itu, konsep lesehan ini juga merupakan tradisi yang diwariskan Rasulullah, para sahabat, dan para ulama. Namun bukan berarti kami anti menggunakan kursi. Tidak sama sekali. Ini hanya sekedar ijtihad kami. Semoga dengan sistem lesehan ini akan lahir genarasi-generasi hebat seperti dulu pada zaman para sahabat dan ulama. Disamping itu, konsep lesehan ini juga diharapkan dapat membiasakan mereka dengan sikap tawadhu’ dan tahan banting. Artinya, tidak rewel dan legowo menerima kondisi yang ada dimanapun dan kapanpun.
Kedua, kami memporsikan praktek lebih banyak ketimbang teori. Tapi bukan berarti teori tidak penting. Teori tetaplah penting. Teori tanpa praktek tidak akan banyak berguna bagi anak sebagaimana praktek saja tanpa teori.
Ketiga, metode keteladanan. Para guru disini dipilih melalui seleksi yang ketat. Mereka tidak hanya disaring berdasarkan kemampuan intelektualnya semata, tapi juga kepribadiannya. Para guru di Al-Inayah akan berusaha semaksimal mungkin memberikan keteladanan kepada para santri. Sebab, keteladanan adalah kunci utama keberhasilan dalam pendidikan.
Keempat, metode berkisah. Metode ini akan banyak digunakan pada mata pelajaran sejarah. Dari sana mereka akan mendapat gambaran kisah, perjuangan, dan keteladanan Nabi Muhammad, para sahabat, para ulama, dan orang-orang sholeh. Hikmah dari metode berkisah ini para santri dibiasakan mendengar sebelum berbicara. Mereka harus mampu diam dan tenang ketika ada guru sedang berkisah ataupun mengajar. Dengan demikian, mereka mampu menghargai pembicaraan orang lain dan tidak mudah menyela.
Kelima, metode Istima’ (Mendengar). Metode ini digunakan untuk pelajaran tahfidz Al-Qur’an. Para santri diperdengarkan bacaan Al-Qur’an secara berulang-ulang. Dengan begitu mereka akan lebih mudah menghafalnya tanpa terasa. Bukti keampuhan metode ini adalah kita dapat menghafal Surat Al- Fatihah meski dulu sewaktu kecil tidak pernah menghafalkannya. Kenapa bisa demikian? Karena kita sering mendengar